Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal |
Ya, demi memutus rantai penyebaran covid 19 ini,
pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan dalam segala hal. Kegiatan
pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah dengan tatap muka, untuk
sementara ini, semua dilakukan di rumah masing-masing. Yaitu melalui program pembelajaran
jarak jauh (PJJ) atau home learning (HL).
Bagi saya, keadaan ini merupakan suatu tantangan,
dimana kita tetap harus melaksanakan tugas dan tanggungjawab, mendidik dan
mengajar murid-murid walaupun dengan belajar dari rumah. Hikmah dari situasi
ini adalah bahwa belajar bukan hanya dilakukan di sekolah saja, namun dengan
perkembangan teknologi, belajar bisa dilakukan secara mandiri.
Seiring dengan berjalannya waktu. Dengan berbagai
pertimbangan, dengan harapan bahwa keadaan akan membaik. Maka munculah
kebijakan tekini yang coba diterapkan sebagai usaha untuk berdamai dengan pandemic.
Istilah yang diberikan adalah New Normal atau kenormalan baru. Menurut Wikipedia, istilah kenormalan
baru adalah sebuah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang merujuk kepada
kondisi-kondisi keuangan usai krisis keuangan 2007-2008, resesi global
2008–2012, dan pandemi COVID-19.
Walau sebenarnya keadaan belum baik-baik saja, namun,
dikarenakan tuntutan ekonomi, memaksa kita untuk hidup dengan cara yang baru, yaitu
new normal atau kenormalan baru, yang tentu saja hal ini akan membutuhkan
penyesuaian. Termasuk penyesuaian dalam sumber keuangan, dikarenakan banyaknya pemutusan hubungan kerja atau PHK besar-besaran, serta pemotongan gaji bagi karyawan ataupun pemangkasan tunjangan bagi ASN, sehingga kita dituntut untuk dapat mencari cara agar mendapatkan sumber keuangan kedua.
Dalam dunia kependidikan, pembelajaran menuju new normal itu seperti apa?
Saat kondisi normal, pembelajaran sesuai dengan
Kurikulum 2013, pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan juga daring, serta
dalam suasana yang normal-normal saja. Sementara, saat kondisi covid 19 mulai
mewabah, ada penyesuaian pada target dan capaian kurikulum 2013. Selain itu, dilakukan
pembelajaran jarak jauh (Daring), karena kondisi darurat atau tidak normal.
Nah, sekarang tibalah masanya kita memasuki era kenormalan
baru atau new normal. Pada masa ini, kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah
Kurikulum 2013, pembelajaran dilakukan dengan protokol kesehatan, lalu
pembelajaran dilakukan secara daring dan blended, dan berikutnya adalah selalu
melakukan kebiasaan baru seperti sering-sering memcuci tangan dengan sabun dan
air berbasis alkohol, hindari menyentuh
mata, hidung, dan mulut, pertahankan jarak fisik, setidaknya satu meter dari
orang lain, serta mengenakan masker saat hendak keluar rumah.
Dalam panduan pembelajaran di masa pandemi yang disampaikan
oleh Menteri Pendidikan beberapa waktu lalu, bahwa prinsip kebijakan pendidikan
di masa pandemik covid 19 adalah kesehatan dan keselamatan peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas
utama dalam menetapkan kebijakan penbelajaran.
Learn from home menuju new normal
Belajar dari Rumah (LFH) pada saat Covid 19 bukanlah fase
belajar normal. Ini merupakan periode darurat, ada wabah. Untuk menuju new
normal, fokusnya adalah siswa harus diupayakan sehat, bahagia, dan tidak stres.
Buat kegiatan yang menyenangkan, dan siswa dilatih menjadi pembelajar yang
mandiri dan tekun. Pembelajaran yang
dirancang pihak sekolah atau guru harus memperhatikan faktor psikologis, fisik
atau kesehatan dan faktor sosiologis siswa. Sehingga pembelajaran tidak semata hanya
fokus pada pencapaian hasil belajar (learning achievement) siswa.
New normal: orangtua sebagai fasilitator utama
Di masa pandemic ini, merupakan tantangan baru bagi
orangtua. Orangtua diharapkan dapat menjadi fasilitator belajar bagi putra dan putrinya,
kendati sudah berada pada fase new normal. Karena masih banyak orangtua hanya
terbatas pada financial & feeding support, belum menjadi fasilitator, atau motivator
belajar bagi putra dan putrinya. Terlebih di fase new normal, orangtua harus terus
membimbing putra putrinya.
Sekolah yang fasilitatif & inovatif:
Sekolah diharapkan untuk menyiapkan panduan pembelajaran
new normal. Selain itu, sekolah dan guru harus mampu mengemas dan menyusun
content atau bahan ajar secara tepat, baik secara dalam jaringan (daring)
ataupun luring (di luar jaringan). Kemudian memilih ragam saluran media yang
digunakan, sesuai dengan kondisi lingkungan anak dan orangtua.
Bagaimana pembelajaran di era new normal?
Setidaknya, dalam pembelajaran di era new normal,
setiap pihak, harus dapat terhubung dan memiliki laptop/PC yang terkoneksi internet,
smart phone yang terkoneksi internet. Memiliki media sosial seperti WA, instagram,
facebook. Dapat mengakses siaran radio dan televisi untuk acara Pendidikan, buku
teks, modul, bahan ajar tertulis, dan juga lingkungan sebagai sumber belajar.
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru yaitu dengan
memanfaatkan platform teknologi seperti learning management system, video
conference (syncronous), assesment tools (quiz drill exercises) dan bahan ajar
multi media.
Lesson learn bagi Guru: Lahir “new normal”
Walaupun pada awalnya terjadi kegagapan pada sekolah
dan guru, dengan “terpaksa” dan lebih bercirikan “un-designed”, akhirnya guru
harus siap dengan pola tatanan baru sistem pembelajaran. Pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik 4.0. Menjadi Guru Pembelajar sejati dengan penggunaan
kurikulum disruptif, yang tentunya berbeda dengan pola kurikulum dan
pembelajaran konvensional.
Lesson learn bagi siswa: “new normal”
Di masa ini, para siswa pun ditantang untuk belajar mandiri dengan menggunakan
ragam media, tanpa alergi dengan kebiasaan kerja kelompok. Untuk itu, siswa
perlu melatih diri dengan 4 C (communication, critical, thinking creativity,
collaboration) sebagai keterampailan Abad 21. Dengan demikian, siswa akan dilatih
untuk menjadi pembelajar yang tangguh dan survive pada kondisi apapun.
Lesson learn bagi orangtua: Lahir “new normal”
Saat ini, orang tua menjadi partner utama guru. Mereka
berperan sebagai kepanjangan tangan guru di rumah. Dengan belajar di rumah,
orang tua juga memiliki kesempatan untuk membina karakter dan kompetensi spiritual bagi putra
putrinya. Sehingga, orang tua juga sebagai pembelajar sepanjang hayat (Long
life Learners).
Lesson learn bagi pemerintah: Lahir “new normal”
Indonesia, sebagai negara yang luas dengan penduduk
yang heterogen, perlu perbagai opsi atau pilihan pembelajaran yang dapat menjangkau
semua wilayah. Di sini perlu gerakan nasional agar semua pihak menjadi
pembelajaran yang ulet. Dengan melek teknologi, tersedianya big data, internet
of things (IoT), dan juga augmented reality harus menjadi acuan masyarakat
Indonesia. Sehingga akan tercapai Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan yang
inovatif dan kreatif, menuju Smart Society yang rahmatan lil alamiin.
Insyaallah.
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal"