Pagi telah tiba, Zahra berangkat sekolah dengan memakai sepatu Ali yang nampak lusuh dan kebesaran. Di sekolah ia nampak minder. Ketika bubaran sekolah, Zahra langsung bergegas berlari pulang menuju suatu tempat dimana Ali sudah menunggunya untuk bergantian memakai sepatu.
Setelah mengganti sandal yang ia pakai dengan sepatunya, Ali
pun langsung melesat berlari menuju sekolah.
Ketika Ali pulang, Zahra bertanya apakah tadi Ali terlambat
tiba di sekolah? Ali lalu berkata jika Zahra bisa lebih cepat berlari maka ia
akan bisa tiba di sekolah tepat waktu.
Padahal, tadi itu Zahra sudah berlari sekuat tenaga dan
berusaha secepat mungkin untuk menemui Ali dan mengganti sepatunya.
Keesokah harinya, Zahra berusaha untuk pulang lebih awal,
dengan cepat ia mengerjakan dan mengumpulkan tugas dari gurunya. Lalu ia
langsung berlari secepat mungkin menemui Ali yang sudah gelisah menunggunya.
Namun malang, saat berlari, sepatu yang kebesaran itu terlepas dan terjatuh ke
dalam selokan. Sepatunya hanyut. Zahra berusaha mengejar dan dengan susah payah
meraihnya.
Zahra menangis ketika sepatu tersangkut. Ia tidak bisa
mengambilnya. Beruntung ada seorang bapak yang menolongnya. Ia pun
berterimakasih, lalu segera bergegas menuju tempat Ali yang telah menunggu
dengan membawa sebelah sepatu yang basah karena tercebur tadi. Karena kejadian
itu, ia pun berkata kepada Ali bahwa ia tidak mau lagi memakai sepatu itu. Ia
ingin bilang saja terus terang ke ayahnya. Namun sekali lagi Ali melarangnya.
Lalu Ali pun langsung berlari meninggalkan Zahra menuju
sekolah. Dan, untuk yang kesekian kalinya, ali terlambat. Ia ditegur kepala
sekolah sambil berkata jika sekali lagi terlambat, ali tidak akan diperbolehkan
masuk ke kelas. Ali pun berjanji untuk tidak datang terlambat lagi.
Beberapa waktu berlalu. Mereka masih harus terus berlari
agar dapat sampai tepat waktu dan bergantian memakai sepatu.
Pagi itu, Ali kepergok terlambat untuk yang kesekian
kalinya, ia dihukum tidak boleh masuk kelas dan diminta pulang oleh kepala
sekolah. Beruntung ia ditolong oleh gurunya. Pak guru berkata kalau Ali anak
yang baik, pintar dan juga patuh. Dan atas usaha gurunya tersebut, akhirnya Ali
diijinkan masuk kelas dan mengikuti pelajaran.
Saat berbaris di sekolah, Zahra melihat sepatunya dipakai
oleh adik kelasnya. Hingga pulang sekolah ia pun kemudian mengikutinya hingga
sampai ke depan sebuah rumah. Zahra lalu memberitahu Ali dan bersamannya
didatangi rumah anak itu, namun betapa kagetnya mereka ketika dilihatnya ayah
dari anak tadi buta dan akan pergi mengasong dengan dituntun anaknya. Melihat
hal itu, Ali dan Zahra pun mengikhlaskan sepatunya.
Malam jum’at, ada acara pengajian di masjid. Ayah Ali bertemu
temannya dan dipinjami seperangkat alat-alat pertamanan.
Keesokan harinya, ayah Ali libur. Dengan menggunakan sepeda,
ayah mengajak Ali menuju ke kota untuk menawarkan jasa pemeliharaan taman.
Setelah ditolak dibeberapa tempat, ada seorang kakek dengan cucunya yang
menggunakan jasa mereka. Dan merekapun mendapatkan bayaran lebih. Betapa
bahagianya mereka. Ayah berencana hendak membeli segala kebutuhan rumah tangga.
Ali meminta ayah untuk membelikan sepatu untuk Zahra, dan ayah pun setuju.
Namun malang tak dapat ditolak, ketika hendak pulang, sepeda
yang dinaiki remnya blong, dan menabrak pohon besar. Sepeda mereka rusak parah,
kepala ayah luka. Setelah berobat mereka pun pulang dengan diantar mobil bak.
Suatu hari pak guru memberikan sebuah pengumuman bahwa akan
ada lomba lari. Awalnya Ali tidak ingin ikut karena kondisi sepatunya yang
sudah butut. Namun ketika Ali mengetahui bahwa hadiah untuk juara ketiga adalah
sepasang sepatu, Ali jadi bersemangat untuk ikut dengan harapan mendapatkan
juara ketiga dan mempersembahkan hadiah sepatu tersebut untuk Zahra adiknya.
Ali pun akhirnya berusaha ikut walaupun sebenarnya pendaftarannya
telah ditutup. Ia mencoba meminta dengan sangat kepada pak guru untuk
mendaftarkan dirinya. Pak guru yang melihat kesungguhan Ali, memintanya
menunjukkan kemampuannya berlari. Karena Ali sudah terbiasa berlari setiap harinya
untuk bertukar sepatu, akhirnya Ali pun diterima oleh guru olahraga untuk diikutsertakan
dalam lomba.
Hari yang dinanti pun tiba. Pertandingan dimulai. Berbekal semangat
dan tekad yang kuat, Ali dapat berlari di urutan terdepan. Ia lalu mengatur
jarak agar posisinya ada diurutan ketiga.
Saat berlari, Ali sempat terjatuh. Namun ia tidak menyerah.
Ia bangkit dan terus berlari sekuat tenaga, hingga akhirnya ia sampai di garis finish
di urutan pertama dengan selisih yang sangat tipis dengan urutan kedua dan
ketiga.
Saat penyerahan hadiah dan mendapatkan piala, Ali malah
menangis. Ia kecewa tidak bisa menjadi juara ketiga. Ia terbayang wajah adiknya
yang kecewa karena tidak jadi mendapat hadiah sepatu.
Zahra telah menunggu saat Ali sampai di rumah, namun ia tidak
berkata apa-apa. Ia melepas sepatunya yang telah telah jebol. Kakinya sampai
lecet-lecet. Sambil beristirahat, dimasukkannya kakinya yang mengelupas
tersebut dalam kolam ikan di depan rumah kontrakannya. Ali sangat sedih karena
gagal mendapatkan sepatu yang akan diberikan pada adiknya.
Di saat yang sama, diperlihatkan ayah Ali sedang berbelanja
ke pasar dengan menggunakan sepedanya. Di antara barang bawaannya, terlihat
bungkusan berisi dua pasang sepatu berwarna putih dan merah muda untuk kedua
anaknya, Ali dan Zahra.
Film pun berakhir.
Yah, walau ceritanya sangat sederhana, namun film ini sangat
sarat akan pesan moral. Kehidupan anak-anak miskin di Iran begitu tergambar
jelas dalam film karya Majid Majidi ini. Selain itu, film yang juga tayang di
AS dan beberapa negara Asia Timur lainnya ini juga selalu berhasil membuat
siapapun yang menontonnya terharu dan menitikkan air mata.
Banyak nilai yang dapat kita ambil dari film ini, betapa sosok
Ali adalah pribadi yang sangat bertanggung jawab. Rajin membantu orangtua dan
bersedia menanggung konsekuensi atas kesalahan yang telah ia perbuat. Ia tidak pernah
mengeluh pada keadaan dan gigih dalam mencapai tujuan. Sosok ayah yang pekerja
keras dan amanah. Ibu yang penyayang dan baik hati. Serta Zahra, adik yang
sangat pengertian dan sabar menghadapi keadaan yang tidak menguntungkan. Sungguh,
film yang sangat epik.
Posting Komentar untuk "Sinopsis Film Children of Heaven Part 2"