Ayahku Seorang Nelayan


Ayah bekerja sebagai seorang nelayan tradisional. Ayah tinggal di kampung nelayan. Ayah pergi melaut pada malam hari. Ayah membawa sampan dan jaring untuk pergi berlayar.

Saat berlayar, Ayah harus menghadapi ombak dan badai di laut. Karena hanya menggunakan sampan, Ayah tidak dapat pergi melaut terlalu jauh. Tangkapan ikan Ayah kadang banyak kadang sedikit. Semua bergantung pada cuaca. Sampan Ayah tidak bermesin. Ayah tidak perlu membeli bahan bakar.

Aku mendengar sekarang ada nelayan yang modern. Kapalnya lebih besar dan menggunakan bantuan mesin sehingga tidak mudah terguncang ombak. Kapal ini menggunakan mesin sehingga memerlukan bahan bakar. Banyak pemilik kapal tidak memedulikan penggunaan bahan bakar. Ada yang boros sehingga mencemari lingkungan perairan. Mereka bisa berlayar ke laut lepas sehingga tangkapan ikannya banyak. Alat penangkap ikan mereka berupa jaring dan juga radar yang bisa mendeteksi kumpulan ikan, bahkan ada yang menggunakan bom.

Aku cukup sedih melihat sekarang ini banyak yang menangkap ikan dengan pukat harimau dan bahan peledak. 

Pukat harimau adalah jaring sangat besar yang dapat menjaring semua makhluk hidup laut.

Bom ikan adalah bahan peledak untuk menangkap ikan. Cara ini dapat menyebabkan hancurnya terumbu karang dan habitat ikan.


4 komentar untuk "Ayahku Seorang Nelayan"

  1. Cara menangkap ikan tidak boleh memakai bom

    BalasHapus
  2. Karena nelayan kita bisa memakan ikan dari laut

    BalasHapus
  3. Nelayan tradisional dan nelayan modern persamaan

    BalasHapus
  4. Kesedihan para nelayan tradisional karna semakin banyak nelayan modern yang menangkap ikan dengan cara menggunakan pukat harimau dan bahan peledakšŸ˜¢

    BalasHapus