Setiap anak adalah unik. Mereka memiliki
perkembangan yang berbeda-beda. Termasuk perkembangan kemandiriannya. Anak-anak
yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan
otonominya.
Kita perlu tahu, bahwa pada tahapan perkembangan anak,
mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi yang lebih besar. Tahap ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan
sesuatu saat itu. Tetapi biasanya kita sebagai orang tua sering kali melarang dengan dalih ingin melindungi anak.
Ketika dia ingin memanjat kursi, kita akan larang dia sambil berkata, “jangan naik-naik, nanti jatuh!”
Begitu pun ketika dia memegang sesuatu, pasti tidak kita perbolehkan
karena khawatir pecah ataupun rusak. Dan masih banyak contoh lainnya. Akhirnya, si anak menjadi pasif dan hanya menunggu
apa yang kita berikan. Tidak berani
melakukan ini itu karena takut dimarahi orang tuanya. Lantas ia menjadi minder dalam
segala hal, selalu bersikap ragu-ragu dan tumbuh menjadi anak yang tidak
percaya diri.
Ketika hal ini terjadi selama bertahun-tahun, tanpa disadari kita sudah membentuk sebuah pola dalam diri anak. Pola yang menjadikannya anak yang pasif dan tidak mandiri. Dan itu akan terbawa hingga ia remaja. Bahkan ada juga yang terbawa hingga
ia dewasa. Jika seudah demikian, pada akhiranya orang tua yang akan kerepotan
sendiri.
***
Jika kita mempunyai anak usia kelas 1 SD, sebaiknya
jangan bawakan tasnya. Kita mungkin
berpendapat, “Aduh.. saya kan harus berangkat kerja, kalau tunggu dia lama
banget, biar cepat saya bawakan aja tasnya”. Nah, hal seperti itu tidak boleh dilakukan.
Kita bisa berangkat lebih awal jika kita
tahu itu akan membuat kita terlambat dan
biarkan anak membawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena tidak
mau repot, kita selalu yang melakukannya dengan alasan agar
cepat selesai. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak kita jadi kurang mandiri.
Jika dia sudah bisa mengembalikan piring dan mencuci alat yang dia gunakan untuk makan di tempat cucian piring, biar dia melakukannya. “Loh, kalau begitu apa gunanya pembantu yang sudah saya bayar?”
Justru itulah masalahnya, kita tidak memberikan kesempatan anak
untuk mengembangkan kemandiriannya. Sebagai orang tua
kita harus menyadari bahwa semua itu perlu latihan. Kita tidak bisa
membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses.
Sama seperti ketika dulu kita di
besarkan oleh kondisi susah payah oleh orang tua kita. Saat itu orang tua kita
mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita. Bahkan mungkin mereka
merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru
itulah yang ternyata baik bagi perkembangan diri kita.
Akhirnya, saat ini kita menjadi seorang yang mandiri. Itu semua karena proses latihan yang dijalani sejak
kecil oleh orang tua di masa lalu. Namun kemudian ketika kita sekarang sudah
menjadi orang yang sukses dan berhasil, kita tidak melakukan itu pada anak karena alasan kasian dan tidak mau repot.
Inilah permasalahannya, kita harus melatih
anak kita untuk memiliki karakter mandiri. Kita harus memberikan kesempatan
pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak
hal kecil yang sangat berguna bagi perkembangan
karakternya.
Ketika seorang anak
mengembalikan piring makannya di tempatnya, mengangkat tasnya sendiri,
mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan
kegiatan kecil lainnya, maka si anak akan merasakan sebuah
harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang
dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat percaya dirinya
melambung tinggi.
Oleh karena itu berikanlah kesempatan
ini pada anak-anak kita. Kita tidak akan
pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat
kemandirian ketika mereka mulai menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikan bahwa kita senantiasa memberi kesempatan pada anak untuk melakukan hal-hal yang telah mampu dilakukannya. Itulah kunci untuk membantu seorang
anak memiliki karakter percaya diri, mandiri dan mampu mengerjakan segala sesuatu
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Posting Komentar untuk "Mengasah Kemandirian Anak"