Belajar Berdamai Dengan Masalah

Siapa yang tidak mengenal keledai? Hewan mamalia berkaki empat ini sering kali digambarkan sebagai hewan yang lamban, lemah, keras kepala bahkan sering diidentikkan sebagai binatang yang bodoh. Padahal pada kenyataannya, keledai adalah hewan yang pandai, kuat, sekaligus pekerja keras.

Bermula pada sebuah kisah di desa yang terletak di kaki pegunungan yang indah. Hiduplah seorang petani miskin bersama keluarganya. Yang sehari-hari dilakukan oleh petani ini hanyalah menanam palawija di kebunnya yang tidak begitu luas.  Saat berkebun, ia senantiasa ditemani seekor keledai yang sudah dirawatnya sejak lahir. Karena itulah mereka sangat dekat. Seperti ada ikatan emosional diantara mereka.

Seperti yang kita ketahui bersama, keledai sudah sejak lama berguna bagi manusia. Ia bisa menjalankan tugasnya sekaligus sebagai binatang beban,  menjadi alat transportasi, penarik kereta (gerobak), juga pembajak ladang. Keledai termasuk hewan jinak sekaligus ternak yang baik. Sang petani sangat menyayangi keledainya ini.

Keledai adalah hewan yang  unik. Ia tidak tahan air. Mereka suka sekali berguling-guling di tanah atau pasir. Hal ini sekaligus sebagai penanda suatu area dengan aroma tubuhnya. Telinganya yang lebar membuatnya memiliki pendengaran yang tajam. Ia juga pengingat ulung. Ia bisa mengingat jalan yang sudah ia lalui selama puluhan tahun yang lalu. Sehingga ia tidak pernah tersesat sekali pun saat kembali pulang.

Suatu ketika, saat akan mendampingi petani menuju kebunnya, keledai  petani ini jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Petani panik bukan kepalang. Dengan tergesa, ia berusaha mengeluarkan keledainya. Namun, ia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar. Walaupun sudah berusaha keras ia mencobanya, namun hasilnya sia-sia. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia bingung harus berbuat apa. Ia iba dan kasihan pada keledainya. Agar keledainya tidak menderita, sebelum kembali pulang, akhirnya ia memutuskan untuk mengubur keledainya itu hidup-hidup.

Perlahan-lahan, petani mulai menuangkan tanah ke dalam lubang tempat keledai terjerembab. Merasa tertimpa tanah, keledai mulai menggoyangkan tubuhnya. Ia berusaha untuk menjatuhkan tanah yang ada di atas badannya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Semakin lama, tanah yang dijatuhkan ke lubang untuk menimbunnya semakin banyak.

Seperti sebelumnya, keledai itu mengibaskan kembali tubuhnya dan menaiki tanah tersebut. Ia nampak berusaha menghindari tanah yang datang dari atas. Semakin lama tanah ditimbun, semakin tinggi tanah yang ada di lubang tersebut hingga sejajar dengan bibir lubang.  Dengan bersusah payah, akhirnya keledai itu dapat keluar dari lubang, dan kembali lagi kepada petani dengan kondisi baik-baik saja.

Seringkali, dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia dihadapkan pada ujian atau pun permasalahan-permasalahan yang tidak kunjung usai. Ia datang bertubi-tubi seolah ingin menghempaskan diri. Berkenaan dengan ini, Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran Surat Al Ankabut ayat 2,”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?”

Dalam Al Quran surat Muhammad ayat 4, Allah juga berfirman,  “Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain.”

Bijaklah dalam ‘mengibaskan’ masalah, seperti keledai mengibaskan tanah-tanah yang akan mengubur tubuhnya. Jadikan masalah tersebut sebagai pijakan untuk meningkatkan kualitas hidup yang jauh lebih meningkat. Sikapi dengan arif dan bijaksana. Apapun tantangan yang kita hadapi saat ini, anggaplah sebagai satu tahap untuk membawa kita selangkah lebih maju ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Semoga hikmah dan nilai-nilai pelajaran yang terkandung  dalam kisah ini dapat diterima dan menjadi motivasi bagi kita semua. Agar lebih berani menghadapi ujian dan mengatasi masalah yang membelenggu. Untuk kemudian menikmati buah dari kesabaran dan mendapatkan pembuktian akan kekuatan yang kita miliki yang tidak kita sadari selama ini.

11 komentar untuk "Belajar Berdamai Dengan Masalah "

  1. Siap Cekgu.
    Kisah yang sangat luar biasa😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak..πŸ˜ŠπŸ™

      Hapus
  2. Kisah yang bagus untuk direnungkan ..

    Anyway, kok keledai bisa dikatakan binatang paling bodoh ya, kakπŸ™ˆ

    BalasHapus
  3. padahal udah mau siap-siap nangis sedih eh ternyata berakhir bahagia. keren ih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. πŸ™πŸ˜…

      Terimakasih sdh mampir kak..😊

      Hapus
  4. Alhamdulillah keledainya bisa lolos πŸ₯Ί super untuk perumpamaannya πŸ‘ karena hidup di dunia ini tempatnya ujian dan penjara bagi orang beriman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat kak..πŸ‘πŸ‘

      Btw, terimakasih sdh berkunjung..😊

      Hapus
  5. Bijaklah dalam 'mengibaskan' masalah...setuju banget, bagaimana tahu kualitas kita kalau nggak ada ujiannya..mantap hikmahnya..salam dari genk Valetta,kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kakak.. Makasih ya sdh mampir..πŸ˜ŠπŸ™

      Hapus
  6. Wah..salam takzim cikgu..belajar merenung seperti cikgu boleh, tak?
    _from Valleters_

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi.. Bole, bole.. Salam kembali kakak.. πŸ˜ŠπŸ™

      Hapus