Ketika Anak 'Marah'

Adakalanya orang tua merasa tertekan dan malu apabila mendapati anaknya merajuk tidak karuan dan melontarkan ledakan kemarahannya di depan umum dengan alasan yang tidak jelas.

Seorang kenalan, pernah curhat kepada saya tentang perilaku anak keduanya yang sangat emosian dan temperamental. Pasalnya, seringkali ketika ada sesuatu keinginan yang tidak dituruti oleh orang tuanya, si anak akan kumat “penyakit suka marahnya”. Saat itulah si anak akan memaksa, melempar sesuatu, membanting pintu, bahkan sampai memukul dan mengata-ngatai. Jika sudah begitu, akhirnya si ibu dengan terpaksa akan menuruti apa yang menjadi kemauan anaknya dengan harapan dapat menghentikan kemarahan anaknya.

Namun kejadian itu akan terus berulang setiap harinya. Semakin ditolak kemauannya, semakin kuat si anak mengeluarkan jurus marahnya. Kejadian seperti ini akan selalu berakhir dengan “kemenangan” si anak dan “kekalahan” si Ibu. Si Ibu yang frustasi dengan kelakuan “si kucing garong”, eh maksud saya si anak, akhirnya pasrah menerima keadaan, selalu menjadi “bulan-bulanan” si anak.

Menurut anda, siapakah di sini yang salah, si ibu atau si anakkah? Dalam bukunya, Dicipline Without Shouting or Spanking, Jerry Wyckoff dan Barbara C. Unell memberikan rambu-rambu apa saja yang tidak boleh dilakukan.

1. Jangan mencoba berunding

Mencoba untuk negosiasi dengan anak atau berunding membicarakan serta menjelaskan kepada anak tentang kemarahannya ketika ia marah adalah perbuatan yang sia-sia. Kenapa ? Ia tidak akan peduli. Karena saat itu ia sedang menjadi “bintang” dan pusat perhatian. Pembicaraan yang dilakukan saat ini hanya akan mendorongnya lebih marah dan “over acting” karena dalam hatinya bersorak “hore… aku mendapatkan perhatian yang aku inginkan.”

2. Jangan terpancing kemarahan

Kehilangan ketenangan dan terbawa emosi karena perilaku marah anak, hanya akan mendorong anak anda untuk melanjutkan kemarahannya. Kemarahan kita hanya akan memperburuk keadaan.

3. Jangan memberi predikat “si anak buruk”

Jangan sampai hanya karena si anak sering marah dan berperangai kurang baik, orang tua langsung memberi label “anak tidak baik”, “anak jahat” dan label negative lainnya. Yang kemudian secara psikologis secara tidak sadar akan muncul perasaan benci atau tidak suka pada orang tua terhadap anaknya dikarenakan tingkah lakunya itu.

4. Jangan mengungkit kemarahan yang lalu dan jangan biarkan anak anda marah lagi

Mengingatkan anak tentang kemarahannya yang lalu, akan membuat anak menganggap bahwa orang tua memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perilaku yang buruk itu dan akan berakibat menambah kesempatan si anak untuk marah lagi agar menjadi pusat percakapan orang tua.

Dan ketika kemarahan si anak reda, jangan biarkan ia marah lagi disebabkan orang tua tidak memberikan perhatian yang akan membuatnya merasa tidak dikasihi dan tidak diinginkan dikarenakan perilakunya.

1 komentar untuk "Ketika Anak 'Marah'"

  1. Says suka banget tulisan INI, jadi nambah ilmu buat nanganin anak yg agak susah penanganannya.. Makasih ya bu Rusmi...

    BalasHapus