Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak

Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak
Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak

Masih tentang Sekolah Ramah Anak (SRA), sambungan dari tulisan saya sebelumnya sekilas tentang sekolah ramah anak, oleh-oleh dari seminar ‘Sosialisasi Konvensi Hak Anak dan Sekolah Ramah Anak Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan’ Tingkat Provinsi DKI Jakarta, yang diselenggarakan di hote Four Points by Sheraton di jalan MH. Thamrin Jakarta Pusat, kemarin lusa.

Mendengar kata ramah, kita akan langsung terbayang seseorang yang baik hati, menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, serta suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Orang yang ramah pasti banyak temannya. Ia mudah bersosialisasi sehingga hubungan dengan orang lain terjalin dengan harmonis. Pun dengan sekolah. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak-anak. Oleh karenanya harus ramah anak, agar anak-anak nyaman berada di lingkungan sekolah.

Menurut ibu Lenny N Rosalin, seorang narasumber dari Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  (PPPA), “Satu pertiga hidup anak berada di sekolah, oleh karena itu sekolah turut menyumbangkan sepertiga dari kualitas hidup anak-anak kita. Untuk itu, sangat penting untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak saat berada di sekolah.”

Latar belakang dari hadirnya sekolah ramah anak antara lain; 1) menurut Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kretivitas dan inisiatif peserta didik dianggap berbenturan dengan lingkungan belajar yang mengharuskannya mendapatkan nilai dengan target tertentu, 2) pemenuhan hak pendidikan anak belum optimal, 3) dalam proses pendidikan, anak masih dijadikan objek, dan guru adalah sebagai pihak yang tidak pernah salah dan selalu merasa paling benar, 4) meningkatnya jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) setiap tahunnya.

Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak
Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak
Dari latar belakang itulah, maka penerapan Sekolah Ramah Anak harus memenuhi nilai-nilai seperti; menghormati hak asasi anak, berorientasi pemberdayaan, kemandirian, kearifan lokal, relevan dengan kondisi keseharian anak, serta mengembangkan sistem berpikir kreatif, kritis dan peduli. Jadi, sekolah sebagai agen pelaksana proses pendidikan harus memiliki budaya ramah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mewujudkan sekolah ramah anak.

Sekolah ramah anak juga merupakan upaya membangun paradigma baru dalam mendidik dan mengajar siswa untuk menciptakan generasi baru yang tangguh tanpa kekerasan, menumbuhkembangkan kepekaan orang dewasa pada satuan pendidikan untuk memenuhi hak dan melindungi siswa dari hal-hal yang dapat merugikan perkembangan dan masa depannya.

Untuk menjadi sekolah ramah anak, ada beberpa komponen, yaitu meliputi;

1. Adanya kebijakan SRA, yaitu adanya komitment tertulis, Surat Keputusan Tim,  deklarasi, dan program  yang mendukung. Langkah yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada dinas terkait (Dinas PPPA/Disdik/Kemenag dan KPPPA), kebijakan tertulis yang mendukung pemenuhan hak anak lainnya, serta melakukan kerjasama dengan lembaga layanan masyarakat terdekat seperti puskesmas, kepolisian, pemadam kebakaran, dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya.

2. Adanya guru dan tenaga kependidikan yang terlatih yang mempunyai sertifikat pelatihan dari dinas terkait seperti Dinas PPPA/Disdik/Kanwil Kemenag ataupun dari sekolah itu sendiri.

3. Proses belajar yang ramak anak, yaitu meliputi; penerapan disiplin dan ketegasan tanpa kekerasan, menggunakan bahasa positif dalam berkomunikasi, adanya komunikasi dua arah, memberikan motivasi belajar dan tidak merendahkan anak, dapat melihat masing-masing anak sebagai karakter yang unik, serta membangun keakraban dengan anak.

4. Adanya sarana dan prasarana yang memadai  sehingga dapat dipastikan bahwa anak anak tidak akan mendapatkan celaka di sekolah, yaitu dengan mengadakan papan nama, spanduk Sekolah Ramah Anak, memastikan ruangan cukup cahaya dan sirkulasi udara serta penerangan yang cukup, menumpulkan ujung meja, memberi rambu rambu tempat yang membahayakan, menghindarkan tanaman yang berduri atau beracun dari jalur anak berjalan, WC dalam kondisi bersih, ada air mengalir, mempunyai penerangan yang cukup, bak WC dibersihkan seminggu sekali, UKS harus dipastikan berfungsi dengan baik, disediakan tempat cuci tangan.

Selain itu, perlu adanya spanduk- spanduk untuk mengingatkan kebersihan, kawasan tanpa asap rokok,  dan kawasan tanpa napza . Perlu juga dilakukan penataan lingkungan dengan melibatkan warga sekolah dan orang tua, memastikan makanan di kantin tidak mengandung zat berbahaya (kantin sehat/pangan jajan sehat) serta penataan kelas yang menyenangkan dengan melibatkan anak.

5. Adanya partisipasi atau pelibatan anak dalam pembuatan program sekolah.  Dimulai dengan mengisi check list potensi, perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring. Selain itu, ada juga partisipasi orang tua sebagai narasumber, berjejaring dengan lembaga masyarakat, dunia usaha, stakeholder, dan melibatkan alumni dalam mensosialisasikan SRA.

Semoga semakin banyak sekolah-sekolah yang berbasis sekolah ramah anak. Sehingga gerakan ini dapat meluas, dan menjadi jaminan terpenuhinya hak-hak anak saat berada di sekolah. Selain itu, agar sumbangan sepertiga dari kualitas hidup anak-anak kita dapat diberikan oleh sekolah dengan semaksimal mungkin.

3 komentar untuk "Mewujudkan Sekolah Yang Ramah Anak"

  1. Hebat kakakku, senang rasanya dengan sekolah ramah anak
    #semangat

    BalasHapus
  2. Masya Allah, semoga di negara kita banyak sekolah yang ramah anak 😍🤗

    BalasHapus