Merajut Cinta Yang Terserak

Sebelum memulai kelas, biasanya saya bercerita tentang apapun di depan murid-murid. Tujuannya, selain sebagai program literasi, agar murid-murid dapat mengambil hikmah, taladan dan pelajaran dari cerita-cerita yang disampaikan. ⁣

Pada suatu kesempatan, saya bercerita tentang Tsauban. Seorang hamba sahaya yang hidup di zaman Rasulullah SAW. Ia sangat mencintai dan mengagumi akhlak serta kepribadian Rasul.
Ia ingin sekali berjumpa. Namun ia kesulitan bertemu dikarenakan rumahnya yang sangat jauh dengan tempat tinggal Rasul. Qadarulloh, suatu ketika akhirnya ia dapat berjumpa lagi dengan Rasul SAW. ⁣

Warna kulitnya yang nampak berbeda, pucat seperti orang yang sakit, dan tubuhnya yang terlihat kurus, serta raut wajahnya menandakan kesedihan yang teramat mendalam, Rasul pun akhirnya menanyakan tentang apa yang menyebabkannya seperti itu.⁣

Tsauban pun berkata, bahwa yang menimpa dirinya itu bukanlah suatu penyakit. Hal ini dikarenakan rasa rindu Tsaubah pada Rasul yang teramat sangat. Terus-menerus merasa gelisah, hingga akhirnya ia dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW hari itu.⁣

Tsauban merasa sangat khawatir di akhirat kelak tidak dapat melihat Rasulullah di sana. Karena ia sangat yakin bahwa Rasul pasti akan dimasukkan ke dalam surga khusus para nabi.
Tsauban berfikir, kalaupun misalnya atas izin Allah SWT ia masuk surga, pastilah ia tetap tidak akan bisa melihat Rasul idolanya. Hal tersebut dikarenakan ia akan berada dalam surga yang berbeda dengan surganya Rasul. ⁣

Dengan rasa sedih yang mendalam, ia juga menyatakan, apalagi jika ternyata nantinya ia masuk neraka, maka pastilah tidak akan dapat bertemu Rasul selama-lamanya.
Sesaat setelah mendengar curahan hati si budak Tsauban tersebut, Rasulullah pun langsung menjawab bahwa InsyaAllah Tsauban akan berkumpul bersama Rasul di surga. MasyaAllah, tak terkira betapa bahagianya Tsauban.⁣

Dari kisah tersebut, menyiratkan bahwa orang yang memiliki kekaguman dan kecintaan akan sosok Nabi Muhammad SAW, akan mendapatkan ganjaran istimewa.
Dengan kerinduan yang berada pada puncaknya untuk bertemu dengan sang idola yang menjadi pujaan hatinya, mengalahkan segala-galanya.
Tiada yang bisa menghalangi. Ketika kecintaan yang begitu mendalam hadir dari hati, diamalkan dengan perbuatan, itulah hakikat mencintai sang idola.⁣

Banyak teladan yang dicontohkan Rasululloh SAW untuk kita umatnya. Memang tidak diragukan lagi, bahwa akhlak dan karakter Rasul seperti Al Quran berjalan. Hal ini mencerminkan bahwa Beliau adalah sosok yang lengkap.
Rasul begitu zuhud, sederhana, dan bersahaja. Beliau juga mengajarkan kita agar menaruh dunia hanya di tangan, bukan di hati.⁣

Dalam Surah Al Ahzab ayat 21 dikatakan bahwa sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.⁣

Berkaca pada sosok budak benama Tsauban, walau terpisah jarak 1400 tahun lamanya, kita bisa mengambil pelajaran. Bahwa hal yang paling penting adalah menumbuhkan kecintaan pada Rasul SAW.
Yaitu dengan meneladani segala perkataan dan perbuatan, menaati perintah dan menjauhi larangannya. ⁣Hingga saatnya kelak, kita akan merasakan manisnya dari apa yang telah kita upayakan dalam mencinta dan merindu pada Rasul junjungan, Nabi Muhammad SAW.
Seperti Tsauban yang pada akhirnya dapat berkumpul bersama Rasul yang begitu dicintainya di surganya Allah SWT. ⁣

Seperti pernyataan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa seseorang akan bersama orang yang dicintainya. ⁣

Semoga, kita bisa mengumpulkan rasa cinta yang terserak. Dan dengan modal kecintaan kita pada Rasul yang mungkin tidak seberapa ini, dapat menghantarkan diri kita yang hina, pada cita-cita tertinggi, berkumpul bersama dengan Rasul di surga-Nya kelak. ⁣
Amin amin Yaa Rabbal’alamiin..⁣

Posting Komentar untuk "Merajut Cinta Yang Terserak "