Kaya, Gaya Hidup Konsumtif Dan Rasa Syukur

Jadi menurut anda, apakah kita perlu kaya atau tidak? Hanya mengingatkan, pada tulisan saya sebelumnya, ada opini yang mengatakan kita perlu kaya agar dapat membahagiakan keluarga dan  orang lain di sekitar kita. Tapi di sisi lain, tidak sedikit yang berpendapat bahwa kita tidak perlu kaya, kaya bukanlah hanya sekedar materi, yang penting kita merasa bahagia, itu sudah cukup.

Ketika seseorang memiliki pendapatan tiga juta perbulan dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, mengapa saat pendapatannya naik menjadi sepuluh juta, kondisi finansialnya tetap sama. Uang tersebut habis untuk membiayai semua keperluannya. Seharusnya, secara hitung-hitungan, akan ada uang lebih yang dapat ditabung atau diinvestasikan misalnya.

Akan tetapi, mengapa kenyataannya tidak ada? Jangankan untuk menabung atau investasi, untuk bayar cicilan aja susah. Nah, itu karena, saat pendapatannya bertambah, pengeluarannya juga bertambah, sehingga tidak ada beda pendapatan tiga juta dengan yang sepuluh juta. Sami mawon, sarua keneh, sama aja bro.

Padahal harapannya, seiring dengan meningkatnya pendapatan, ia juga bisa meningkatkan kesejahteraannya, asetnya bertambah dan kehidupannya menjadi lebih baik dan lebih layak dari sebelumnya.

Salah satu penyebab dari kondisi yang demikian adalah adanya gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif adalah membeli atau mengunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Dapat juga dikatakan bahwa gaya hidup konsumtif merupakan kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana.

Secara ekonomis menimbulkan pemborosan, karena lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan. Gaya hidup seperti ini akan menjadi kebiasaan yang dapat merusak kondisi keuangan. Jika demikian, berapapun pendapatannya, uang tersebut akan habis tak tersisa. Mengalir begitu saja.
Namun jika ia pandai mengatur uangnya, mengelola lebih bijak dalam penggunaannya, maka ia akan mendapatkan apa yang disebut dengan kesejahteraan. Dan itu tidak mudah, butuh komitmen dan kesungguhan. Walau begitu, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Nah, bagi yang sudah terlanjur terjebak dalam gaya hidup konsumtif seperti itu bagaimana? Agar bisa keluar dari kondisi tersebut, ada beberapa cara untuk menghindarinya.

Pertama, menyusun daftar prioritas kebutuhan. Tuliskan daftar belanja tersebut mulai dari yang paling penting, lalu tanamkan dalam pikiran kita agar menjadi pengingat. Saat ingin membeli sesuatu di luar kebutuhan, harus dipikirkan, apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak, masih bisa ditunda atau tidak.  Sebisa mungkin berusaha jalankan komitmen. Sehingga kita dapat menahan hawa nafsu agar tidak membeli barang di luar kebutuhan.

Kedua, menyusun anggaran keuangan. Dengan begitu, kita jadi tahu berapa pendapatan dan pengeluaran setiap bulannya. Kita dapat mengatur dari penghasilan, berapa yang dialokasikan untuk biaya hidup sehari-hari. Berapa untuk investasi dan berapa untuk dana cadangan serta dana untuk hiburan. Besarannya bebas, tergantung target dan tujuan hidup masing-masing.

Ketiga, menyisihkan untuk tabungan, dana darurat dan investasi. Hal ini penting agar keuangan kita stabil jika ada keperluan mendadak. Selain itu, tabungan dan investasi juga penting untuk menjamin keuangan di masa depan.

Keempat, katakan putus pada kartu kredit. Kartu kredit sangat memudahkan seseorang untuk berbelanja, membeli barang, makan di restoran, sampai membeli tiket konser musik. Kartu kredit juga menawarkan pembayaran cicilan yang mudah. Biasanya, orang dengan gampangnya bayar ini itu pakai kartu kredit. Tanpa menyadari bahwa jeratan utang dan riba akan membelitnya di kemudian hari. Waspadalah, waspadalah.

Terakhir, jangan lupa untuk beramal dan bersedekah. Dengan begitu, kita  akan berpikir bahwa masih banyak orang yang tidak seberuntung dan membutuhkan uluran tangan kita. Hal tersebut akan membuat kita berpikir dua kali ketika ingin belanja ini itu dan menghambur-hamburkan uang.

Bagi sebagian orang, mungkin orang yang sejahtera identik dengan orang kaya. Orang yang sejahtera biasanya orang kaya dan orang kaya biasanya hidupnya sejahtera. Sebenarnya, apapun itu, poin pentingnya adalah rasa syukur. Dengan bersyukur, kondisi apapun akan membuat kita bahagia dan sejahtera. Pendapatan kecil bersyukur, pendapatan besar bersyukur. Insyaalloh, dengan rasa syukur itu, akan bertambah keberkahan. Nikmat yang kita terima juga akan senantiasa bertambah. Bukankah begitu?


Posting Komentar untuk "Kaya, Gaya Hidup Konsumtif Dan Rasa Syukur"