Let's Learn And Grow Together

Diawal bulan Februari lalu, saya buka gawai yang berisi puluhan grup whatsapp. Sebuah notifikasi menyatakan bahwa saya telah ditambahkan masuk di sebuah grup baru. Saya lihat anggotanya banyak sekali, ada ratusan orang. Nama grupnya pun saya tidak paham. VCT 35 Indonesia Jakarta 1. Waduh, grup apakah gerangan ini? Pertanyaan tersebut tetiba muncul dibenak saya.

Satu persatu saya telusuri nama-nama di daftar peserta. Saya temukan beberapa nama yang yang saya kenal karena sudah tersimpan di kontak gawai saya. Ada yang beberapa tahun lalu anak-anaknya adalah murid saya di salah satu SDIT di Jakarta. Ada juga guru SMK yang merupakan rekan saya di komunitas JLMP (Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan). Selain itu, ada widyaiswara saat saya mengikuti pelatihan di LPMP. Termasuk rival saya saat lomba guru berprestasi tingkat kota tahun 2018 dan 2019. Terakhir, ada juga temen kuliah saya di jurusan PGSD Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Berbekal rasa penasaran dan ingin tahu, saya mencoba bertanya dengan mengirim pesan pribadi kepada salah satu anggota grup yang saya kenal. Saya menanyakan perihal grup tersebut. Menurutnya, saya mungkin sebelumnya pernah mendaftar, oleh karenanya saya  dimasukkan ke grup tersebut. Saya manggut-manggut sambil berpikir, baiklah, agar lebih  paham, akhirnya saya googling (mencari informasi melalui laman google), apa sih arti SEAMEO ataupun SEAMOLEC yang ada di profile picture grup whatsaap tersebut.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya saya mendapat jawaban, SEAMEO (The Southeast Asian Ministers of Education Organization) adalah sebuah organisasi pendidikan yang didirikan pada tanggal 30 November 1965, merupakan sebuah organisasi internasional di Asia Tenggara, yang bertujuan untuk memajukan kerjasama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Wow.. ini keren sekali, bisa bergabung di grup seperti ini, batin saya. Awalnya saya hanya memantau saja, seperti apa sih virtual coordination training (VCT) itu? Sambil mempelajari bagaimana aturan mainnya.

Setiap hari ada saja informasi dan pembelajaran yang diberikan oleh peserta secara bergantian. Para peserta diminta untuk mengisi daftar tugas yang berbeda setiap harinya. Ada yang sebagai persenter, moderator, host, pembuat flyer, pembuat narasi, membuat absen participant tiap sesi, merekam, dan mengunggah video ke laman youtube.

Saya sendiri masih pasif, hanya sesekali melihat dan mengikuti. Sambil kebingungan sendiri. Sehari, dua hari, hingga sepekan lebih berlalu tanpa ada sedikitpun yang saya lakukan di grup tersebut.  Masih peserta baru dan tidak tahu mau berbuat apa.

Saya lihat, teman-teman di grup sudah mulai melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Penasaran, ditengah kesibukan, saya mencoba menyempatkan diri untuk join meeting, masuk room yang ditentukan. Hanya mendengarkan saja, tidak lebih. Disitu saya masih belum mengerti benar, sambil berpikir bagaimana caranya ya?

Untuk menjadi presenter, moderator, dan host, dan lain-lain, yang masing-masing harus dilakukan sebanyak dua kali itu tidaklah mudah. Kalau sedang memikirkan hal itu, campur aduk rasanya. Antara takut, tegang, jantung dag dig dug, dan perut rasanya mulas. Seperti akan menghadapi semacam ujian atau sidang tesis, padahal saya belum mengikuti secara aktif, baru sebagai participant saja. Aduh, bagaimana ini, saya panik.

Alhamdulillah bapak ibu instrukturnya super baik dan ngemong banget. Memotivasi tiada henti, membimbing, mengajari kami tak kenal waktu. Merekalah tempat kami bertanya. Kapan pun kami menghadapi kendala dan butuh bantuan, mereka selalu siap dan langsung merespon dengan cepat. Sungguh luar biasa.

Akhirnya, dengan modal nekat dan keinginan yang kuat, walaupun kemampuan seadanya, saya memberanikan diri untuk mengisi daftar untuk bertugas. Sebelumnya, dengan bimbingan salah seorang instruktur, saya dan beberapa anggota mencoba masuk di grup kecil terlebih dahulu, agar punya gambaran saat masuk ke room ketika saya bertugas, baik sebagai presenter, moderator maupun host.

Bersyukur, walau tertatih, dalam waktu hanya dua hari sekaligus, sampai juga saya pada penyelesaian tugas. Rasanya, ploooong sekali. MasyaAlloh, banyak sekali ilmu yang kami dapatkan. Banyak hal-hal yang sebelumnya saya tidak tau, belum pernah melakukan, belum pernah membuat, akhirnya dapat saya lakukan. Di grup VCT ini kami dituntut untuk bisa. Walau diawal rada gagap, tapi “ala bisa karena dipaksa” akhirnya happy ending juga. Alhamdulillah sampai dapat sertifikat.

Dengan kesungguhan, kreatifitas, komunikasi dan kolaborasi yang baik, kami semua dapat menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Pengalaman yang sangat berkesan dan tidak terlupakan. Sepertinya, ungkapan “man jadda wajada”, barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, dapat memotivasi kami. Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan, “where there is a will there is a way.”

Sebagai seorang guru dan pendidik, saya pribadi serta seluruh anggota pada umumnya merasakan banyak manfaat dari VCT ini. Tambah ilmu dan pengalaman, serta dapat menjalin silaturahim dengan orang-orang hebat yang berbeda usia, jenjang pendidikan dan disiplin ilmunya.

Kami menyadari, saat ini, generasi abad 21 merupakan generasi yang harus mampu berpikir kritis, logis,  memiliki kreatifitas, inovatif dan keterampilan berkomunikasi yang baik serta kepercayaan diri yang tinggi. Untuk itu, guru dituntut untuk terus meng-upgrade diri, tumbuh dan berkembang mengikuti pesatnya kemajuan teknologi.

Memang, kehadiran seorang guru di kelas tidak dapat digantikan oleh teknologi, namun guru yang tidak mengikuti teknologi akan ketinggalan, dan lambat laun akan ditinggalkan, terlindas zaman.

Sukses selalu buat VCT dan teamworknya yang keren. Semoga senantiasa menebar manfaat dalam memberikan kontribusi nyata memajukan pendidikan Indonesia, negeri kita tercinta.

Salam hangat untuk bapak ibu guru yang tangguh. Tetap semangat dalam mendidik murid-murid untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Selamat belajar sepanjang hayat, selamat belajar untuk mengajar murid tercinta. Belajar dan tumbuh bersama. Let's learning and growing together!

13 komentar untuk "Let's Learn And Grow Together"

  1. keren pengalamannya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih.. Masih belajar terus ini.. Terimakasih jg sdh mampir ya..πŸ™

      Hapus
  2. Ala bisa karena dipaksa..akhirnya happy ending juga..
    Kalo nggk nyoba nggk pernah tau hasil akhirnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bu, harus berani mencoba ya.. Btw, Makasih sdh mampir..πŸ™

      Hapus
  3. Dan guru juga harus bisa memahami sifat anak didik agar lbih mudah sosialisasi.

    BalasHapus
  4. Wah, betul pak seorang guru juga harus melek akan teknologiπŸ‘

    BalasHapus
  5. Tulisannya bagus dan inspiratif. Namun, maaf, Pak/ Bu ... untuk judulnya apakah setelah kata "Let's" diikuti present continuous? Karena setahu saya, sesudahnya harus diikuti base verb hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya.. Baru nyadar.. Terimakasih masukannya.. Langsung diedit..πŸ™πŸ€—

      Hapus
  6. Wah keren, Mbak. Pengalaman yang berkesan, ya... 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar.. Terimakasih sdh mampir ya..πŸ™πŸ€—

      Hapus
  7. Bisa apik gitu nulisin pengalaman .. berapa paragraf-pafagraf.. keren Mbak

    BalasHapus