Home Visit, Karakter, Dan Pola Asuh


Home visit merupakan salah satu kegiatan rutin, yang setiap awal tahun ajaran baru hingga beberapa bulan ke depan saya lakukan. Ini sudah saya lakukan sejak masih mengajar di sekolah swasta beberapa tahun silam. Saat ini pun, walau saya mengajar di sekolah dasar negeri, masih tetap mengusahakan untuk terus melakukan home visit.

Home visit yang saya lakukan ini dapat diartikan sebagai kunjungan ke rumah murid. Biasanya saya melakukan kunjungan disaat jam pelajaran telah usai yaitu sehabis bubaran sekolah. Tujuan awal dari home visit adalah untuk bersilaturahim. Dengan kegiatan ini, guru menjadi lebih dekat dengan muridnya. Karena dengan home visit, guru jadi tau bagaimana keadaan murid-muridnya tersebut. Mulai dari latar belakang keluarga, pola asuh orang tua, kemampuan ekonomi, lingkungan sekitar rumah, kebiasaan anak sehari-hari, hingga hal-hal kecil lainnya.

Oleh-oleh yang saya dapat dari home visit antara lain bertambah dekat hubungan murid dan orang tuanya dengan saya gurunya. Dengan begitu, modal pengetahuan saya tentang murid-murid saya tersebut jadi bertambah. Sehingga bisa lebih memahami karakternya dan bagaimana seharusnya saya memperlakukan mereka.

Mengapa si murid bertindak begini dan begitu? Dengan mudah saya tau sebabnya dan segera mungkin mencarikan solusinya. Ya, anak-anak memang unik, dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Inilah yang ingin saya cari tau, melalui home visit.

Seperti apa kemampuan akademik si anak, tutur kata dan bagaimana ia bersikap? itu merupakan pencerminan dari apa yang ia dapatkan di keluarganya. Kadang sedih jika menemui kenyataan bahwa si anak agak kurang dibimbing di rumah. Banyak pembiaran orang tua tehadap anaknya. Anak banyak main, dibiarkan, tidak belajar dibiarkan, berkata tidak baik dibiarkan, berlaku tidak sopan dibiarkan. Hal ini berakibat si anak tumbuh dalam keadaan yang tidak kondusif. Tidak ada rangsangan dan motivasi positif yang diberikan orang tua. Selain itu minim juga dalam hal keteladanan.

Bahkan tidak jarang saya menemukan orang tua yang “kalah” dengan anaknya. Dalam artian, apapun yang dilakukan si anak, orang tua seolah tidak “berdaya.” Jika hal positif mungkin itu baik, tapi jika perlakuan negatif, hal itu akan berpengaruh terhadap perkembangan psikisnya. Ada anak yang melawan orang tua, tidak patuh dan tidak hormat, bahkan cenderung menyakiti orang tua secara fisik. Sangat tidak mendidik.

Namun begitu, sering juga saya mendapatkan orang tua yang aware dan peduli tehadap perkembangan si anak. Membimbing dan mendidik selayaknya orang tua kepada anak-anaknya. Apapun untuk kebaikan anak akan disupport dan diusahakannya. Mengarahkan jika salah dan membimbing untuk melakukan hal-hal yang baik. Artinya orang tua paham atas hak dan kewajibannya terhadap anaknya, yang notabene adalah titipan dari Allah SWT.

Jadi kesimpulannya, pola asuh orang tua terhadap anak di rumah, akan sangat berdampak pada perkembangan karekter si anak di sekolah. Akan terlihat perbedaannya, anak yang diperlakuan dengan baik oleh orang tua dengan yang sebaliknya.

Anak yang malas belajar, senang membully temannya, senantiasa melanggar peraturan sekolah, dan suka membolos. Hadir dikarenakan adanya masalah di rumah. Mereka mencoba mencari perhatian. Guru yang bijaksana akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan murid-murid yang demikian agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya dengan komunikasi dan kerjasama yang baik dengan orang tua serta bersinergi untuk mencarikan solusi terbaik bagi anak.

Prinsipnya adalah, tidak ada anak dan murid yang nakal. Yang ada hanyalah orang tua dan guru yang kurang bisa mendidik dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan dan meridhai setiap langkah dan upaya para orang tua dan guru untuk menjadikan peserta didik generasi yang bertakwa, berakhlak mulia, berprestasi dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya.

1 komentar untuk "Home Visit, Karakter, Dan Pola Asuh "

  1. Setuju banget dengan paragraf terakhir! Guru dan orangtua harus bersinergi untuk kemajuan peserta didik.

    BalasHapus