Hubungan Manajemen, Rumah dan Diri


Sebuah ungkapan sederhana namun sarat makna. Baiti jannati, rumahku surgaku.


Tempat kita tinggal dan menetap, berteduh dari panas dan hujan, tempat berlindung dari mara bahaya. Tempat yang menjadi alasan kita pulang dari mana saja dan beristirahat di masa tua. Hingga waktu singgah kita di dunia ini perlahan sekarat, dan tiba saatnya kembali ke kampung akhirat.


Itulah rumah. Di dalamnya kita temukan selaksa bahagia. Saling asah, asih dan asuh. Tempat berbagi, memberi jua menerima curahan kasih sayang dan perhatian. Dari rumah pula kita temukan asa saat ingin menyerah, semangat saat lelah, solusi saat dihantam masalah, suka duka selalu dihadapi bersama.


Tak peduli seberapa besar rumah kita, bagus atau jelek, mewah atau sederhana, di kampung atau di kota. Rumah tetaplah rumah. Tempat yang nyaman untuk merenda cita dan merajut harapan.


Mau seperti apa wujud rumah kita? Kitalah yang punya wewenang dan otoritas penuh untuk membentuknya sedemikian rupa. Kaitannya dengan membangun rumah, ada beberapa persamaan dengan membangun diri.


Dari sudut pandang fungsi manajemen, mari kita telaah lebih lanjut.


Pertama fungsi planning (perencanaan). Sebelum kita membangun rumah, biasanya kita membuat rencana terlebih dahulu. Merancang dengan apik model bangunannya, hingga terwujud nyata rumah impian kita.


Seperti hidup, alangkah lebih baik jika kita selalu merencanakan tentang apapun yang hendak dilakukan, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Buat rumusan tentang apa yang ingin kita capai. Serta tentukan bagaimana langkah kita untuk mencapainya, agar hidup lebih terarah.


Fungsi kedua adalah organizing (pengorganisasian). Setelah membuat rencana berupa siteplan atau denah rumah, langkah berikutnya kita akan mengumpulkan sumberdaya, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam dan alat-alat pendukung lainnya yang berkualitas.

Semuanya harus bisa disinergikan. Sehingga mudah untuk proses selanjutnya. Jangan karena kelalaian SDM, ingin hemat dengan memakai bahan murahan, akhirnya baru setengah jalan rumah tersebut roboh.


Dalam kehidupan, kita juga harus bisa melihat potensi diri kita sendiri. Apa kelebihan diri dan bagaimana mengatasi kelemahan. Bagaimana mengsinergikan semuanya? Apakah dengan belajar dan berlatih secara mandiri (otodidak), melalui jalur formal atau melalui cara lainnya. Sehingga kita siap dan bisa dengan mudah menjalani kehidupan dengan segala tantangannya di depan.


Fungsi berikutnya yang ketiga adalah actuating (tindakan atau pelaksanaan kerja). Dalam hal membangun rumah, setelah membuat plan atau denah, menyediakan bahan dan SDM, langkah berikutnya kita akan mulai membangun, diawali dengan membuat pondasi, dari bawah, sebagai dasar. Pondasi dibuat sedemikian rupa agar rumah kita kuat. Mampu menopang bangunan di atasnya.


Dalam diri manusia, cukuplah iman dan takwa sebagai pondasinya. Jika pondasi dalam diri kita kuat, maka cobaan apapun tak akan ada artinya, karena kita yakin Alloh SWT adalah sebaik-baik penolong. Jika iman sudah tertanam kuat di dada, dan takwa sebagai pakaian kita, maka tidak ada lagi yang lebih utama.


Harta, tahta dan kuasa hanyalah sementara saja. Iman dan takwa harus dijaga, jangan sampai rusak oleh godaan dunia. Yang pada akhirnya akan membuat diri ini menyesal tiada habisnya.


Selanjutnya fungsi controlling (pengawasan). Dalam membangun sebuah rumah, biasanya ada mandor yang mengawasi agar pekerjaan berjalan sesuai rencana dan hasilnya memuaskan sesuai dengan harapan. Apa jadinya kalau tidak ada mandor, pegawai akan bekerja seenaknya saja, dan itu tidak baik, hasil tidak akan sama seperti yang direncanakan semula. Pasti ada saja celanya.


Jika kita tau bahwa disuatu tempat ada CCTV, maka kita akan berhati-hati dalam bertindak, benar? Jangan sampai orang lain melihat hal-hal yang tidak baik dalam diri kita karena apapun itu akan terekam dengan baik, dari awal hingga akhir. Hingga kita tidak akan bisa lagi mengelak. Karena itu adalah bukti dari konsekuensi logis yang kita sudah lakukan.


Kalau sebuah CCTV saja sudah membuat kita berhati-hati dalam bertindak, apalagi jika kita memiliki keyakinan, bahwa ada Alloh SWT yang Maha Tau segala apa yang nampak dan yang tersembunyi dalam diri. Aduh, alangkah malunya, saat borok-borok kita terungkap saat hari perhitungan kelak. Takut dan cemas kalau-kalau itu semua menjadi bukti bahwa alangkah hinanya diri kita ini.

Untuk itu, mulailah lakukan intropeksi diri, mulai saat ini, dan jangan ragu lagi. Agar kelak, kita tidak menjadi insan yang merugi. Wallohu’alam..

Posting Komentar untuk "Hubungan Manajemen, Rumah dan Diri "