Sepak Bola Versus Matematika


Seorang murid lelaki berusia sembilan tahunan tengah murung di pinggir lapangan, duduk diam sambil memainkan tempat minum dihadapannya. Seorang guru bertanya, “Apa yang kamu pikirkan nak? Mengapa kamu tidak bergabung dengan kawan-kawanmu bermain bola?”  Murid tersebut yang ternyata bernama Fathir menjawab, “Aku tidak pandai bermain bola bu, kata teman-temanku, tendangan bolaku seperti tendangan anak perempuan, sangat lemah, dan lariku lambat.” Jawabnya sambil merengut. Ibu guru manggut-manggut mendengarkan curhatan anak tersebut.

Keesokan harinya,  di salah satu pojok aula sekolah,  seorang anak lelaki  yang lain sedang duduk sambil menopangkan dagunya pada tangannya yang mungil. Ia sibuk memainkan pensil dan mencoret-coret bukunya. Perlahan seorang guru menghampirinya. Bertanya sambil membelai rambutnya yang nampak ikal bergelombang, ” Mengapa kamu tidak masuk kelas nak?” Ia menjawab, “Aku tak bisa pelajaran matematika bu! Setiap aku belajar, rasanya sulit sekali untuk memahaminya. Sepertinya otakku bebal. Aku selalu dimarahi ayah dan ibu. Aku benci! Tak ada seorangpun yang mengerti diriku!” Hampir menangis ia berlari meninggalkan ibu guru yang belum sempat bicara apapun.

Pada hari berikutnya, pada jam yang sama kedua anak lelaki tadi duduk berdua. Mereka sibuk berbincang serius sambil mencoret coret sesuatu. Diseling senyum sumringah yang tersungging dibibir mungilnya. Sayup-sayup terdengar mereka membuat kesepakatan.

“Aku janji akan mengajarimu matematika asalkan engkau mau mangajariku bagaimana cara bermain bola yang baik!” Kata anak pertama dengan bersemangat.

“Ok, sepakat! Aku juga berjanji akan mengajarimu cara menendang bola, menggiring bola, dan trik-trik lainnya, mudah kok, nanti kita latihan bersama ya, asalkan kau ajari aku pelajaran matematika!” Anak kedua tidak kalah semangat menimpali.

Bu guru tersenyum, terlihat wajah-wajah ceria penuh percaya diri.  Allah SWT telah menciptakan manusia dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Mereka hidup berjamaah untuk saling melengkapi kekurangan masing masing. Sehingga tidaklah semua orang harus pandai matematika dan juga tidaklah semua anak harus terampil bermain bola.

Biarlah mereka menemukan kecerdasan atau intelligence mereka masing masing. Sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan  yang ada dalam dirinya. Karena setiap anak unik dan juga memiliki kecerdasan yang berbeda. Ayo saling memahami.

2 komentar untuk "Sepak Bola Versus Matematika"