Gayungku Tak Bersambut

Gayungku Tak Bersambut
Pagi ini tak seperti biasanya. Mendung masih menggelayut manja. Matahari belum mau menampakkan wajahnya. Kokok ayam bersahutan, berusaha membangunkan jiwa-jiwa lelah yang telah seharian berkutat mengejar apa yang diimpikannya. Beberapa menggeliat, mengerjapkan matanya untuk kemudian merasa sayang untuk melewatkan kenyamanan dalam selimut lembut yang dibuai rasa kantuk. Lalu memutuskan untuk memberikan perpanjangan waktu tuk kembali merajut mimpi yang sempat terputus tadi.

Sebagian yang lain sudah puas bermunajat, tunaikan kewajiban sebagai hamba, agar setiap langkah dalam ridha-Nya. Manusia penuh syukur, tidak kufur, walau hidup tidaklah makmur. Azan subuh sudah dikumandangkan tiga puluh menit lalu. Baru saja aku merasa senang karena akhirnya suamiku kembali. Kembali semangatnya untuk melanjutkan separuh hidup kami. Kembali asanya setelah sekian lama pergi. Membuatnya lupa diri, pada siapa ia kan kembali. Ujian berat itu telah ia lewati. Saatnya merajut, menyambung benang-benang harapan dan menatap masa depan.

Namun, pagi itu mas Andi marah.
“Tidak, aku tidak mau anak-anak itu tinggal di sini! Mau dikasih makan apa mereka? Hidup kita aja susah!”
“Tapi mas..” belum sempat kuteruskan kata-kataku, mas Andi meninggalkanku.

Salma yang sejak tadi mengamati kami, berdiri terpaku di sudut pintu kamarku. Kuhampiri dia, ku peluk dan ku belai sayang rambutnya yang hitam.
“Ayo, kita sarapan dulu.” Ajakku padanya. Sambil kusembunyikan bulir-bulir air mata yang siap jatuh dari sudut mataku.
“Ihsan belum bangun?” tanyaku kemudian.
“Belum tante.” Jawab Salma.

Yah, selepas shalat subuh tadi aku baru saja mengutarakan niatku untuk mengasuh Salma dan Ihsan yang kutemukan di jalanan sedang mengemis belas kasihan. Mendengar cerita mereka, aku tidak tega. Kubawa mereka ke rumah. Aku ingin merawatnya. Semoga bisa menjadi wasilah datangnya keberkahan pada keluarga kami.

Aku dan mas Andi telah sepuluh tahun menikah. Sampai saat ini, Allah masih belum merestui kami untuk memiliki momongan. Di tengah kegalauan, usaha mas andi bangkrut, semua harta ludes tak tersisa. Tak tahan akan ujian itu, orang tua mas Andi jatuh sakit lalu meninggal dunia, keluarga tidak terima. Mas Andi disalahkan atas semua kejadian. Ia stres berat. Kehidupannya sangat terpuruk. Kucoba senantiasa mendampinginya dengan sabar dan kasih sayang. Alhamdulillah Allah masih menjaganya.

***

Setelah merespon permintaanku dengan ketidaksetujuannya, mas Andi  pergi. Mungkin ia masih butuh waktu. Aku sedih karena gayungku tak bersambut. Namun, aku akan tetap mencoba untuk memberikan pengertian padanya. Ku biarkan mas Andi menenangkan pikiran dan suasana hatinya. Mungkin ia masih kecewa, dan tidak ingin menambah beban bagi keluarga kami. Semoga Allah memberikan kesempatan bagi kami. Untuk bisa memberikan secercah cahaya bagi anak-anak ini, tuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena bagiku, jalanan bukanlah rumah bagi mereka. Salma dan Ihsan berhak hidup selayaknya anak-anak yang lainnya. Semoga Allah bukakan hati mas Andi untuk mereka berdua.

#Tantangan 1 episode 3
#OdopBatch7
#OneDayOnePost

1 komentar untuk "Gayungku Tak Bersambut"