Mendung Yang Tak Berujung

Mendung Yang Tak Berujung
Sesampainya di rumah, aku membersihkan dan mengeringkan tubuh Salma dan Ihsan yang basah karena guyuran hujan sore tadi. Badan mereka sangat kurus, nampak sekali kurang terurus. Sambil menunggu kedatangan suamiku, ku suguhkan mereka susu hangat.
“Salma, susunya diminum ya, adik Ihsannya tolong sambil disuapi.”
“Iya tante.” Ucap Salma perlahan

Salma terlihat telaten menyuapi susu Ihsan yang baru beusia dua tahunan. Walau masih sangat kecil, Ihsan tidak rewel. Ia seperti tau betul kondisinya yang susah. Sehingga tidak merepotkan.
“Jadi, ibu bapak kalian ada di mana?” Aku bertanya ingin sekali memastikan.
“Kata emak, abah lagi kerja di kota.” Salma mulai bercerita.

 “Tapi karena ga pulang-pulang, emak nyusulin abah ke kota. Kata emak, Salma sama nenek dulu. Nanti emak pulang bawa duit yang banyak.” Tatapan mata Salma terlihat sedih.
 “Terus, nenek Salma sekarang dimana?” Aku lanjut bertanya.
“Nenek udah meninggal, tante. Nenek baik banget sama Salma. Nenek sayang Salma, Salma juga sayang banget sama nenek. Sekarang ga ada yang sayang sama Salma.” Setengah terisak Salma melanjutkan ceritanya.

Malam sudah semakin larut. Hujan sejak siang hingga sore tadi menyisakan hawa dingin. Membuai tubuh-tubuh di balik selimut untuk lebih membenamkan tubuh di atas peraduannya. Kulihat Salma masih belum mengantuk. Sepertinya ia biasa tidur larut malam karena di waktu yang sama, ia masih harus kejar setoran hingga ia bisa pulang dengan tenang, tanpa pukulan ataupun jeweran dari tante Rosa.

Kupandangi Ihsan, lalu bertanya lagi untuk memastikan,”kalau Ihsan ini adiknya Salma?”
“Bukan tan, Salma ga tau Ihsan dari mana. Waktu itu tante Rosa bawa Ihsan pulang. Tante Rosa sering bawa pulang anak-anak. Mereka jadi temen-temen Salma. Tiap hari bareng-bareng dibawa tante Rosa buat minta-minta di jalanan. Ada juga yang ngamen.”

Kasihan sekali mereka. Nasibnya berada di jalanan. Seolah mendung tak berujung. Seharusnya mereka bersekolah, belajar biar pandai. Bukannya luntang lantung mengharap belas kasihan orang-orang di jalanan.

“Kalau tante Rosa?” Tanyaku mnyelidik.
“Kata tante Rosa, dia itu temennya emak. Katanya  mau bawa Salma buat ketemu Emak di kota. Tapi tante Rosa bohong. “
“Bohong kenapa?”
“Iya, sampe sekarang Salam belum ketemu emak” Salma terisak kembali mengingat emaknya.
“Salma takut, Tante Rosa jahat. Kalau ga bawa uang banyak, suka pukul Salma dan temen-temen.”
“Ya udah, Salma sekarang tenang aja ya. Istirahat dulu deh sekarang, bobo sama Ihsan ya di kamar tengah. Yuk, tante anter” Aku baru akan beranjak menuju kamar tengah mengantar mereka ketika pintu depan diketuk dengan keras.

“Ca, Ica, buka pintu!” Terdengar suara seseorang yang sangat aku kenal berteriak memanggil namaku. Mas Andi rupanya sudah pulang.
“Iya mas, sebentar!” Bergegas aku membuka pintu, “Alhamdulillah mas sudah pulang.”
“Lama sekali sih!” Sambil mmbentakku mas Andi menyeruak masuk, bau alkohol sangat menyengat dari mulutnya, “Ah, rupanya mas Andi mabuk lagi.” Batinku.
“Siapa anak-anak ini?” tanya suamiku dengan nada tinggi sambil tangannya menggeprak meja, wajahnya nampak tidak senang, sangar. Aku kaget. Salma dan Ihsan ketakutan.

#Tantangan1episode1
#OdopBatch7
#OneDayOnePost7

1 komentar untuk "Mendung Yang Tak Berujung"