Teladan Dulu Sebelum Hukuman

Pada tulisan saya sebelumnya, mengulas tentang hukuman dan penegakan disiplin. Masih dengan tema yang sama, namun kali ini lebih menitikberatkan pada teladan dari orangtua sebelum memberlakukan hukuman pada anak.

Dalam sebuah buku yang berjudul Pendidikan Anak yang Islami karangan DR Abdullah Nashih Ulwan, terdapat penjelasan terkait tahap-tahap dalam mendidik anak. Ada lima tahap metode influentif mendidik anak. Tahapan tersebut adalah pendidikan yang dilakukan dengan disertai keteladanan, adat, nasehat, perhatian dan hukuman.

Dalam urutan tahapan di atas, sangat jelas bahwa hukuman berada di urutan paling akhir. Artinya adalah hukuman ini merupakan tahap terakhir setelah banyak proses yang telah dilakukan sebelumnya. Hukuman memang perlu, namun langkah ini ditempuh jika tahapan lainnya tidak ‘mempan’ alias tidak ‘manjur’.

Misalnya, orangtua ingin agar anaknya dapat menjalankan ibadah shalat, maka orangtua harus mengajarkannya. Nah, akan muncul pertanyaan, baiknya dilakukan mulai kapan? Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, bahwa Rasulullah bersabda,” Apabila seorang anak sudah bisa membedakan tangan kanan dan tangan kiri, maka ajarkanlah dia shalat.”

Jadi, seorang anak harus mulai diajarkan untuk shalat pada usia sekitar 3 sampai 4 tahun. Karena pada usia tersebut anak-anak sudah bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kirinya. Dan yang paling penting adalah, orangtua memberikan teladan serta contoh sesuai tahap perkembangan usia anak.

Berikutnya, kita dapat simak sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud bahwa Rasulullah bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu mendirikan shalat pada saat dia berusia tujuh tahun, dan pukullah dia bila tidak mau (meninggalkan) shalat ketika sudah berumur 10 tahun, dan pisahkanlah tidurnya.”

Sudah semakin jelas bukan, bahwa ada tahapan dalam mendidik anak untuk melakukan shalat. Pertama, dibiasakan sejak balita usia 3-4 tahun. Kemudian mulai tegas saat usia 7 tahun. Lalu, bila sudah menginjak 10 tahun anak belum mau shalat, maka anak tersebut boleh dipukul oleh orangtuanya. Namun pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang mendidik. Tujuannya adalah sebagai hukuman, untuk menjelaskan bahwa betapa penting ibadah shalat itu. Karena sholat itu merupakan tiang agama, perintah yang harus dilaksanakan dari Allah SWT.

Dalam hal pemberian hukuman berupa pukulan ini, diingatkan oleh beberapa ulama bahwa pukulan kepada anak ini adalah pukulan sayang, bukan pukulan yang meninggalkan bekas atau pun yang menyakitkan. Karena jika hal itu terjadi, alih-alih anak menjalankan shalat, malah ia akan menjadi sakit hati oleh perlakuan kita terhadapnya.

Perlu menjadi perhatian kita bahwa akan muncul kebiasaan yang baik pada lingkungan rumah, jika orangtua memberikan contoh secara konsisten. Sehingga akan menjadi kebiasaan seluruh anggota keluarga. Selain itu, dapat juga orang tua memberikan nasihat melalui cerita dan kisah serta perhatian penuh terhadap proses terbentuknya perilaku positif yang diharapkan.

Hal ini  jauh lebih penting daripada pemberian hukuman kepada anak. Penting untuk diingat, bahwa terletak pada terbentuknya perilaku positif pada anaklah fokusnya orangtua. Bukan pada pemberian hukuman itu sendiri, yang jika salah langkah, hanya akan menjadi ajang atau bentuk dari pelampiasan emosi dari orangtua.

Jika sebentar-sebentar orang tua ringan tangannya dengan main pukul, main jewer, atau pun main sabet pada anak, maka hal itu menunjukkan bahwa orangtualah yang bermasalah pada pengendalian emosinya. Jangan sampai karena ketidakpahaman dari orangtua, anak menjadi korban, hingga menimbulkan dampak-dampak yang tidak diharapkan.

1 komentar untuk "Teladan Dulu Sebelum Hukuman"

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    BalasHapus