Kecakapan Abad 21 Dan Tiga Model Pembelajaran

Pada dasarnya, setiap orang suka pada hal-hal yang mengasyikkan. Tidak terkecuali murid-murid di sekolah. Setiap hari mereka berinteraksi dengan materi-materi pelajaran yang terasa membosankan. Apalagi sebagian gaya mengajar guru sangat kaku dan terlalu textbook, serta dengan metode pembelajarannya yang terlalu konvensional.

Kondisi tersebut membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan secara efektif dan efisien. Murid yang diharapkan dapat menyerap pelajaran dengan baik, malah berhadapan dengan kegiatan belajar yang tidak kondusif. Alih-alih ingin meningkatkan prestasi, justru masalah belajar yang terjadi.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, di dalamnya terdapat suatu sistem yang saling berkaitan satu sama lain. Ada kurikulum, ada guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik. Semuanya saling terintegrasi untuk mencapai tujuan belajar sesuai delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Ada sebuah frase yang mengatakan, “Jadilah seorang guru yang hadirnya ditunggu, hilangnya dirindu, ilmunya diburu, nasehatnya diseru, dan tingkah lakunya ditiru.” Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru, memiliki peran yang sangat penting, utamanya dalam melaksanakan pembelajaran.

Oleh karena itu perlu adanya Standar Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolah.
Apalagi dalam menyongsong abad 21 ini, dimana arus globalisasi terasa begitu derasnya dan persaingan tidak lagi tingkat nasional namun sudah sampai pada tingkat internasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus dapat meramu dan menyusun strategi agar dapat menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga apa yang menjadi tantangan abad 21, sejak dini dapat dipersiapkan dengan baik dan tentunya hal ini akan membuat tujuan pendidikan nasional tercapai secara maksimal.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), adalah lembaga yang melakukan penjaminan mutu dalam suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan, untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan.

Salah satu program LPMP adalah melaksanakan pendampingan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada Sekolah Model (sekmod) yang ditunjuk. Sekolah model adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh LPMP untuk menjadi sekolah acuan atau contoh bagi sekolah lain di sekitarnya (sekolah imbas) dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri.

Setelah melaksanakan SPMI, sekolah kami mengalami peningkatan yang cukup signifikan. SNP yang diperoleh adalah 5,74. Terjadi peningkatan 3,85 dibandingkan tahun sebelumnya. Murid yang lulus mencapai 100%, dan yang diterima di SMP Negeri mencapai 86%.

Hasil yang dicapai tidak lepas dari kerja keras dan kerja cerdas dari para guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat merangsang keaktifan murid, menjadikan kelas lebih hidup dan bermakna, untuk mempersiapkan murid-murid dalam menyongsong tantangan abad 21.

Dalam  menghadapi tantangan tersebut, guru harus bisa mengarahkan, membimbing, melatih murid untuk dapat memiliki kompetensi dan kecakapan abad 21 yang terangkum dalam konsep 4C yaitu:

1. Communication (komunikasi), yaitu mampu memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif secara lisan, tulisan, dan multimedia.
2. Collaboration (kerjasama), yaitu mampu menunjukkan kerjasama, memimpin, beradaptasi dan tanggungjawab, serta bekerja secara produktif.
3. Critical thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), mampu menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Creativity and Innovation (daya cipta dan inovasi), yaitu memiliki kemampuan mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan baru.

Agar semua kecakapan tersebut dapat dikuasai oleh murid, maka dibutuhkan penerapan model pembelajaran yang asyik dan menyenangkan yang dilakukan guru di kelas. Model-model pembelajaran tersebut diantaranya adalah :

1. Discovery Learning, adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada ditemukannya konsep yang sebelumnya tidak diketahui. Peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahuinya dengan mengorganisasi (mengkonstruksi) sendiri pemahamannya.
2. Problem Based Learning, adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.
3. Project Based Learning, adalah pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Setelah guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai. Guru dan murid dapat memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan serta proses-proses kognitif melalui penguatan pengertian, ingatan dan transfer ilmu dengan menimbulkan rasa senang belajar pada diri peserta didik dikarenakan tumbuhnya rasa ingin tahu, mencari tahu dan kemudian berhasil dalam mendapatkan ilmu serta memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu masalah.

Saat ini para guru sudah mulai menyadari pentingnya melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan tuntutan abad 21. Metode yang dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada peserta didik yang berperan aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. Proses belajar menjadi lebih terangsang karena memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar serta dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Dengan dibangunnya keterampilan guru dalam memberikan pembelajarn dengan menggunakan metode yang tepat dan menyenangkan ini, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang memiliki daya saing tinggi serta menjadi budaya mutu bagi sekolah.

Sehingga dapat terwujud tujuan pendidikan sesuai dengan delapan standar SNP dan juga dapat memberikan mengimbasan yang baik kepada sekolah sekitarnya seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS), membangun budaya karakter, dan pelaksanaan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan.

15 komentar untuk "Kecakapan Abad 21 Dan Tiga Model Pembelajaran"

  1. MasyaAllah informatif banget. Terimakasih 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kembali kakak..☺🙏

      Hapus
  2. Masya Allah, bagus sekali mbak Rus😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.. Makasih mba Ri..🙏☺

      Hapus
  3. sayangnya, model guru macam ini sulit ditemui kalau dipendidikan formal. seringkali bisa ditemui di pendidikan jalanan yg non formal 🙏🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyakah kak..? 😊 btw, makasih ya sdh mampir..🙏😊

      Hapus
  4. Aku dulu sukanya jam kosong 🙈
    Semoga anak2ku menjadi anak2 yang cakap dan baik pendidikannya..ammiinnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Insyaalloh.. Terimakasih kak..😊🙏

      Hapus
  5. Hadirnya ditunggu hilangnya dirindu ... Suka ini

    BalasHapus
  6. Informatis sekali. Kreatifitas memang sangat diperlukan, selain itu jeda atau ice breaking agar siswa juga gak bosan dengan materi. Aku habis follow mbak.. followback ya..terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap kakak.. Makasih jg sdh mampir..😊🙏

      Hapus
  7. Guru memang dituntut kreatif dan inovatif saat pembelajaran, namun semua tetap bersumber dari cinta dalam hati.

    Semangat menjadi guru yang dicintai dan hadirnya selalu dinanti 😉🙏

    BalasHapus
  8. Jadi ingat kuliah jaman dulu..
    Juga dapat materi kayak gini.. hehehe 😊😊

    BalasHapus
  9. Suka banget sama kalimat ini, “Jadilah seorang guru yang hadirnya ditunggu, hilangnya dirindu, ilmunya diburu, nasehatnya diseru, dan tingkah lakunya ditiru.”

    BalasHapus