Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal

Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal
Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal
Sejak beberapa bulan lalu, dunia menghadapi pandemic covid 19. Negara kita pun tak luput dari wabah ini. Penyebaran virus ini semakin meluas. Hampir merata kasusnya di setiap daerah di Indonesia. Keadaan sudah semakin menghawatirkan. Semua tatanan kehidupan masyarakat terkena imbasnya. Perekonomian lumpuh. Sektor pariwisata luluh lantak. Terlebih dengan diberlakukannya lockdown di berbagai wilayah. Sehingga mau tidak mau terjadi perubahan perilaku. Tak terkecuali dunia pendidikan.

Ya, demi memutus rantai penyebaran covid 19 ini, pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan dalam segala hal. Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah dengan tatap muka, untuk sementara ini, semua dilakukan di rumah masing-masing. Yaitu melalui program pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau home learning (HL).

Bagi saya, keadaan ini merupakan suatu tantangan, dimana kita tetap harus melaksanakan tugas dan tanggungjawab, mendidik dan mengajar murid-murid walaupun dengan belajar dari rumah. Hikmah dari situasi ini adalah bahwa belajar bukan hanya dilakukan di sekolah saja, namun dengan perkembangan teknologi, belajar bisa dilakukan secara mandiri.

Seiring dengan berjalannya waktu. Dengan berbagai pertimbangan, dengan harapan bahwa keadaan akan membaik. Maka munculah kebijakan tekini yang coba diterapkan sebagai usaha untuk berdamai dengan pandemic. Istilah yang diberikan adalah New Normal atau kenormalan baru. Menurut Wikipedia, istilah kenormalan baru adalah sebuah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang merujuk kepada kondisi-kondisi keuangan usai krisis keuangan 2007-2008, resesi global 2008–2012, dan pandemi COVID-19.

Walau sebenarnya keadaan belum baik-baik saja, namun, dikarenakan tuntutan ekonomi, memaksa kita untuk hidup dengan cara yang baru, yaitu new normal atau kenormalan baru, yang tentu saja hal ini akan membutuhkan penyesuaian. Termasuk penyesuaian dalam sumber keuangan, dikarenakan banyaknya pemutusan hubungan kerja atau PHK besar-besaran, serta pemotongan gaji bagi karyawan ataupun pemangkasan tunjangan bagi ASN, sehingga kita dituntut untuk dapat mencari cara agar mendapatkan sumber keuangan kedua.

Dalam dunia kependidikan, pembelajaran menuju new normal itu seperti apa?

Saat kondisi normal, pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013, pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan juga daring, serta dalam suasana yang normal-normal saja. Sementara, saat kondisi covid 19 mulai mewabah, ada penyesuaian pada target dan capaian kurikulum 2013. Selain itu, dilakukan pembelajaran jarak jauh (Daring), karena kondisi darurat atau tidak normal.

Nah, sekarang tibalah masanya kita memasuki era kenormalan baru atau new normal. Pada masa ini, kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum 2013, pembelajaran dilakukan dengan protokol kesehatan, lalu pembelajaran dilakukan secara daring dan blended, dan berikutnya adalah selalu melakukan kebiasaan baru seperti sering-sering memcuci tangan dengan sabun dan air berbasis alkohol,  hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, pertahankan jarak fisik, setidaknya satu meter dari orang lain, serta mengenakan masker saat hendak keluar rumah.

Dalam panduan pembelajaran di masa pandemi yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan beberapa waktu lalu, bahwa prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemik covid 19 adalah kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan penbelajaran.

Learn from home menuju new normal

Belajar dari Rumah (LFH) pada saat Covid 19 bukanlah fase belajar normal. Ini merupakan periode darurat, ada wabah. Untuk menuju new normal, fokusnya adalah siswa harus diupayakan sehat, bahagia, dan tidak stres. Buat kegiatan yang menyenangkan, dan siswa dilatih menjadi pembelajar yang mandiri dan tekun.  Pembelajaran yang dirancang pihak sekolah atau guru harus memperhatikan faktor psikologis, fisik atau kesehatan dan faktor sosiologis siswa. Sehingga pembelajaran tidak semata hanya fokus pada pencapaian hasil belajar (learning achievement) siswa.

New normal: orangtua sebagai fasilitator utama

Di masa pandemic ini, merupakan tantangan baru bagi orangtua. Orangtua diharapkan dapat menjadi fasilitator belajar bagi putra dan putrinya, kendati sudah berada pada fase new normal. Karena masih banyak orangtua hanya terbatas pada financial & feeding support, belum menjadi fasilitator, atau motivator belajar bagi putra dan putrinya. Terlebih di fase new normal, orangtua harus terus membimbing  putra putrinya.

Sekolah yang fasilitatif & inovatif:

Sekolah diharapkan untuk menyiapkan panduan pembelajaran new normal. Selain itu, sekolah dan guru harus mampu mengemas dan menyusun content atau bahan ajar secara tepat, baik secara dalam jaringan (daring) ataupun luring (di luar jaringan). Kemudian memilih ragam saluran media yang digunakan, sesuai dengan kondisi lingkungan anak dan orangtua.

Bagaimana pembelajaran di era new normal?

Setidaknya, dalam pembelajaran di era new normal, setiap pihak, harus dapat terhubung dan memiliki laptop/PC yang terkoneksi internet, smart phone yang terkoneksi internet. Memiliki media sosial seperti WA, instagram, facebook. Dapat mengakses siaran radio dan televisi untuk acara Pendidikan, buku teks, modul, bahan ajar tertulis, dan juga lingkungan sebagai sumber belajar.
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru yaitu dengan memanfaatkan platform teknologi seperti learning management system, video conference (syncronous), assesment tools (quiz drill exercises) dan bahan ajar multi media.

Lesson learn bagi Guru: Lahir “new normal”

Walaupun pada awalnya terjadi kegagapan pada sekolah dan guru, dengan “terpaksa” dan lebih bercirikan “un-designed”, akhirnya guru harus siap dengan pola tatanan baru sistem pembelajaran. Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik 4.0. Menjadi Guru Pembelajar sejati dengan penggunaan kurikulum disruptif, yang tentunya berbeda dengan pola kurikulum dan pembelajaran konvensional.

Lesson learn bagi siswa: “new normal”

Di masa ini, para siswa pun ditantang  untuk belajar mandiri dengan menggunakan ragam media, tanpa alergi dengan kebiasaan kerja kelompok. Untuk itu, siswa perlu melatih diri dengan 4 C (communication, critical, thinking creativity, collaboration) sebagai keterampailan Abad 21. Dengan demikian, siswa akan dilatih untuk menjadi pembelajar yang tangguh dan survive pada kondisi apapun.

Lesson learn bagi orangtua: Lahir “new normal”

Saat ini, orang tua menjadi partner utama guru. Mereka berperan sebagai kepanjangan tangan guru di rumah. Dengan belajar di rumah, orang tua juga memiliki kesempatan untuk membina  karakter dan kompetensi spiritual bagi putra putrinya. Sehingga, orang tua juga sebagai pembelajar sepanjang hayat (Long life Learners). 

Lesson learn bagi pemerintah: Lahir “new normal”

Indonesia, sebagai negara yang luas dengan penduduk yang heterogen, perlu perbagai opsi atau pilihan pembelajaran yang dapat menjangkau semua wilayah. Di sini perlu gerakan nasional agar semua pihak menjadi pembelajaran yang ulet. Dengan melek teknologi, tersedianya big data, internet of things (IoT), dan juga augmented reality harus menjadi acuan masyarakat Indonesia. Sehingga akan tercapai Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan yang inovatif dan kreatif, menuju Smart Society yang rahmatan lil alamiin. Insyaallah.


Posting Komentar untuk "Pembelajaran Di Masa Pandemi Menuju New Normal"